Saturday 8 December 2012

KETIKA HARUS BERPISAH DENGAN KAKEK

Melalui lawan blog ini saya ingin bercerita tentang perjalan kehidupan saya
saya dilahirkan disebuah kampung kecil di dusun III Tanjung desa Pulau Payung, Kec. Rumbio Jaya, kab. Kampar. Riau. saya dilahirkan dari keluarga yang cukup mampu dikampung tersebut, ayah saya seorang Pegawai Negeri Sipil sedangkan ibu saya waktu itu berdagang keperluan sehari-hari dirumah. orang-orang kampung saya selalu menganggap saya sebagai orang yang cukup mampu, atrinya mampu untuk sekolah, mampu untuk membeli sesuatu yang kawan-kawan saya tidak miliki. akan tetapi kedua oarang tua saya tidak pernah mengajarkan saya sebagai seorang yang demikian, kedua orang tua saya selalu mengajarkan hidup sederhana kepada saya padahal boleh dikatakan saya adalah cucu pertama dan anak pertama dalam keluarga saya, kakek saya termasuk orang yang berada yang selalu memanjakan saya ketika orang tua saya tidak memberikan itu kepada saya. Waktu kecil saya bercita-cita ingin menajdi seorang dokter, saya berpikiran demikian karena pekerjaan sebagai seorang dokter adalah pekerjaan yang amat mulia ketika itu, dapat mengobati orang. saya belajar diperingkat SD dan alhamdulillah saya selalu dapat juara, meskipun tidak mendapat juara 1, tapi juara 1,2 dan 3 selalu saya dapatkan. ketika saya tamat SD keluarga saya membujuk saya untuk sekolah dipesantren, sekuat hati saya berontak untuk tidak mau pisah dengan keluarga . selain orangtua, saya juga sangat dekat dengan kakek dan nenek saya, bagi saya 4 orang tersebut adalah anugerah terindah yang tuhan berikan kepada saya, ketika saya jatuh merekalah yang selalu ada disamping saya, terutama kakek saya (Alm. H. Ibrahim), ketika itu kakek saya selalu membujuk saya untuk mau sekolah pesantren karena saya ingin menghormati mereka, saya relakan perasaan saya untuk masuk pesantren, padahal sebelumnya saya sudah berjanji dengan teman-teman saya untuk masuk SMP dikampung. 

Ketika memasuki dunia Pesantren saya merasa dunia saya terbalik 180 derajat. semua fasilitas tidak boleh dimiliki disana. setiap hari saya selalu pergi kewartel umum pesantren untuk menghubungi keluarga saya, agar saya dijemput kembali pulang kerumah. keluarga saya sering menjenguk saya tapi saya selalu menangis untuk  tidak mau lagi sekolah disana. kadang-kadang keluarga sayapun menangis ketika melihat keadaan saya disana. tapi mereka tetap tidak mau memindahkan saya, dengan alasan uang yang saya habiskan untuk masuk pesantren sudah banyak. akhirnya saya mencoba untuk mengikhlaskan dan menerima keadaan untuk hidup menjadi santri. lama-kelamaan saya betah hingga 6 tahun disana. ketika dipesantren niat saya untuk menjadi seorang dokter tetap masih membara dalam hati saya. tetapi disisi lain saya ingin juga bercita-cita ingin menjadi seorang Dosen. 

ketika menamatkan pesantren saya langusung mengambil jurusan kedokteran disebuah universiti tapi takdir berkata lain saya tidak lulus, dan saya menangis ketika itu. rasanya harapan saya telah hancur untuk membantu orang lain. kemudian ayah saya berusaha untuk menenangkan saya dan menyuruh saya masuk jurusan matematik dan menjadi seorang pendidik. akhirnya, saya diterima menjadi mahasiswi fakultas pendidikan matematik disalah satu unversitas negeri dipekanbaru. ketika saya kuliah ekonomi orang tua saya mulai menyusut keran atanggungan ayah saya sudah banyak, adek saya ada enam orang dan semuanya sekolah, disitu saya mulai berpikir untuk cari kerja membantu ayah saya, tapi saya bisa melakukannya. karena dari kecil saya selalu dimanja oleh keluarga saya terutama kakek saya. ketika kuliah saya tidak ada uang kakek saya selalu mengantarkan uang kepada saya untuk belanja keperluan saya, ketika ayah saya tidak memberikannya kakek sayalah yang memberikannya. saya lulus dengan prediket BAIK IPK 3,54.ketika itu ada dua orang pemuncak di jurusan saya saya dan kawan saya, tapi yang dipilih hanyalah satu orang dengan pertimbangan yang entah bagaimana akhirnya kawan sayalah yang terpilih sebagai pemuncak jurusan. dengan berlapang hati saya menerimanya. ketika saya tamat saya ingin melanjutkan kuliah saya, saya ingin keluar negeri menimba ilmu saya,,,,,tapi saya tahu ayah saya ekonominya kurang baik. saya bercerita kepada kakek saya saya ingin keluar melanjutkan studi saya dan kekek saya bersedia membantu saya, kakek saya tidak pernah menolak keinginan saya. dia selalu mengikutinya. dia cuman berpesan " jika suatu saat nanti kau jadi orang sukses pandanglah kebawah jangan keatas liahat saudaramu yang lain, bantu mereka. karena kaulah cucu pertama harapan kakek yang kakek banggakan." kata-kata itu samapai sekarang masih terngiang-ngiang ditelingaku. akhirnya kakek menyuruh saya untuk kuliah ke Malaysia, dan saya mendaftar ke sana di Universiti yang saya idamkan iaitu Universiti kebangsaaan Malaysia. dan akhirnya saya diterima disana. saya terdaftar sebagai mahasiswa master pendidikan matematika. 

Ketika surat keputusan kelulusan saya dapatkan, saya sangat senang dan juga sangat sedih. sedih karena harus meninggalkan keluarga tercinta saya orang tua saya, adek-adek saya, kakek dan nenek saya dan juga keluarga saya yang lain. sehari menjelang keberangkatan orangtua saya mengadakan acara syukuran dengan mengundang orang-orang kampung kerumah buat keselamatan saya di Malaysia. saya merasa betapa sayangnya keluarga pada saya. ketika saya berangkat pamitan dengan kakek dan nenek saya, kakek saya sakit, saya meneteskan airmata ketika itu, seharusnya kakek juga mengantarkan sya kebandara tapi ketika itu tidak karena sakit,,,,saya menangis. saya belum pernah melihat kakek saya sesakit itu, kakek adalah orang yang kuat, meski umurnya sudah 80 tahun tapi dia tidak pernah berhenti untuk bekerja, dia adalah orang gigih, ibadahnya rajin, subhananah ........ dia sosok yang luar biasa bagi kami dan semua orang kampung. kelurga saya mengantarkan saya kebandara dan setelah itu keluarga saya mengantarkan kakek kerumah sakit, saya tiba dimalaysia dengan perasaan yang gundah gulana, saya selalu menelpon kerumah bagaiaman keadaan kakek saya, terakhir pembicaraan saya dengan kakek, kakek hanya berkata, nak.....jangan sering-sering nelpon belajar yang sungguh-sungguh kakek dah sembuh kok. tapi saya tahu, kakek saya hanya berusaha untuk menenangkan saya....genap sebulan tgl 12 mai 2012 saya mendapat telpon jam 2 malam dari adik saya yang mengatakan""""""kak.......kakek kak.....kakek.......""""" saya memarahi adek saya....kenapa dengan kakek akhirnya pecah tangisnya dan mengatakan kakek telah tiada,,,,saya menangiss.....sejadi-jadinya......n tidak tidur selama semalamam itu jam 3 malam saya menelpon pihak imigrasi untuk mengeluarkan kembali paspor saya, dengan penuh perjuangan saya mendapatkan paspor saya dengan cepat berharap saya dapat melihat tubuh kakunya untuk terakhir kali, saya selalu menelpon kepada keluarga saya agar saya ditunggu, tapi jam 10 pagi saya belum juga mendaatkan paspor saya. dan untuk terakhir kalinya paman saya menelpon tidak mungkin untuk menunggu saya karena kakek meninggal dari semalam.akhirnya saya menangis lagi, dan jam 12 saya baru mendapatkan paspor saya. 

keesokan harinya saya balik ke pekanbaru. saya berusaha tenang tapi ibu saya terlebih dahulu menangis dan saya rasanya pingin pingsan disana karena keluarga saya menangis semua.....saya hanya bisa melihat makam dan mencium tanah kuburannya, saya berteriak disana kenapa kakek gak liat nupussss sukses dulu kek......pingin iku rasanya saya bersama kakek dalam kuburan.....saya meraung menangis dipusara kakek, seakan ada bisikan disana,,yang mengatakan udah nak,,,,,,jangan sedih....jangan nangis, seolah seperti suara kakek tapi saya tidak takut, malah saya tambah menangis.

melalui tulisan ini saya ingin mengingatkan kalian semua jangan sia-siakan kesempatan yang ada untuk membahagiakan orang yang kita sayangi, ketika dia telah tiada penyesalan yang akan terukir samapi akhir hayat dan itu yang kurasakan. saya masih melanjutkan kuliah saya sekarang......saya ingin membahagiakan kakek disana. sekuathati saya belajar disini, untuk keluarga saya.....kakek saya dan juga sanak famili saya....

"saya tidak takut gagal, karna kegagalan bagi saya adalah kesuksesan yang tertunda"


wassalam...